Category Archives: Permainan Tradisional

Gasing

Standar

Gasing adalah permainan tradisional. Pada masa lalu gasing dimainkan pada saat sebelum panen dan ini dikaitkan dengan unsur kepercayaan bahwa jika permainan ini dilaksanakan maka padi yang terisi akan padat dan berisi.
Gasing dibuat dari bahan kayu kampas, kayu keruk , kayu jambu atau jenis kayu lainnya. Dan dibentuk  bulat yag mempunyai garis melingkar ditengahnya dan bagian bawahnya agak lancip sebagai poros tempat berputar. Sedang pada bagian atas  dibentuk dan diberikan tonjolan sebagai pegangan untuk mengait dan memutar tali. Tali benang gasing sendiri terbuat dari kulit kayu temberan atau waru yang dipintal dengan panjang sekitar 2,5m.

Tapok – Tapok

Standar

Permainan tapok – tapok atau biasa disebut petak umpet.  Terdapat bermacam– macam diantaranya :

a.    Tapok Pipit
Tapok pipit  jika dimainkan ramai semakin seru, 1 orang penjaga dan anak – anak yang lain bersembunyi, kemudian penjaga akan mencari, jika ada anak yang dapat lolos dari  oleh penjaga dan ia mengatakan pipit di tempat penjaga maka ia terbebas untuk menjaga sedangkan yang ditemukan oleh penjaga maka ia harus bersusun dibelakang penjaga kemudian penjaga menyebutkan nomor urutan maka anak itu yang harus menjadi penjaga.

b. Tapok Kaleng
Tapok kaleng jika dimainkan ramai semakin seru, dengan menggunakan kaleng sebagai tambahan yang didirikan membentuk piramid, 1 orang penjaga dan anak – anak yang lain bersembunyi, kemudian penjaga akan mencari, jika ada anak yang dapat lolos dari penjaga dan ia menendang susunan kaleng di tempat penjaga maka si penjaga harus kembali lagi menjaga, walaupun sudah ada anak yang dapat ditemukan oleh penjaga maka mereka terbebas dari menjaga.

Buah Lima

Standar

Buah lima ini permainan sama seperti permainan bola bekel, namun pada permainan buah lima tidak menggunakan bola, menggunakan 5 buah kerang bahkan batu.  Aturannya pun sama seperti buah bekel dimana dimainkan secara bergantian, siapa yang mati buah atau kalah harus bergantian lagi dengan teman yang lain dia harus menunggu giliran berikutnya, ketika sudah gilirannya maka ia harus mengulang lagi pada saat ia mati buahnya.

Kelayang Adu

Standar

Kelayang adu biasanya dimainkan pada saat musim kemarau, dimainkan oleh anak – anak hingga dewasa, kelayang adu terbuat dari rotan yang diserut, kertas kelayang dan benang.  Pelaksanaan kelayang adu sudah mulai ditertibkan oleh aparat karena banyak yang menggunakan kawat dan sebagai talinya, sehingga dapat membahayakan bagi orang lain terutama pengguna jalan, sehingga banyak yang bermain di tepian sungai kapuas.

Adu buah Keranji

Standar

Pada saat musim keranji anak – anak mengadu ujung buah keranji, anak yang ujung buah keranjinya pecah maka buah keranji yang pecah diberikan kepada pemenang yang mana buah keranjinya tidak pecah.  Untuk sekarang permainan adu buah keranji sudah jarang dimainnkan hal ini dikarenakan sudah mulai jarangnya buah keranji dan mahalnya harga dari buah keranji.

Guli atau Kelereng

Standar

Sebelum adanya guli (kelereng) digunakan buah getah (karet) yang biasa gugur atau terbawa aliran sungai kapuas, namun sejak adanya guli atau kelereng maka penggunaan buah getah atau karet digantikan dengan guli, atau kelereng atau gundu.  Permainan ini dimainkan bisa secara sendiri maupun bersama teman.

Gelasin atau Galakepung

Standar

Permainan ini sama dengan permainan hadang, permainan ini dimainkan secara berkelompok.  Tiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang.  Adapun cara permainannya adalah 2 kelompok tersebut di pingsuit terlebih dahulu guna menentukan siapa yang menjaga garis dan siapa yang masuk, kelompok yang anggotanya dapat melewati garis akhir tanpa tersentuh oleh pnjaga garis maka mendapat nilai satu, namun anggota kelompok yang terkena penjaga garis maka diharuskan bergantian lagi dengan lawannya untuk menjaga garis.

Rinso atau Getah

Standar

Rinso atau getah dimainkan oleh anak – anak perempuan.  Dimainkan lebih dari 2 orang, permaianan ini menggunakan jalinan getah atau karet gelang. Jika dimainkan 4 orang maka dibagi menjadi 2 kelompok, sebelumnya 2 kelompok tersebut melakukan pinsuit, kelompok kalah maka kelompok tersebut yang memegang jalinan getah (karet), jika kelompok menang tidak dapat melalui rintangan maka dinyatakan kalah dan bergantian untuk memegang jalinan karet atau gelang.

Gelatu

Standar

Dimainkan lebih dari 2 orang, baik laki – laki maupun perempuan.  Gelatu dimainkan di Sungai Kapuas dengan menggunakan akar bakung.  Kemudian anak – anak melakukan hom pim pa atau pingsuit, anak yang menang memperoleh kesempatan pertama kali untuk memainkannya, akar bakung tersebut diselipkan dijari kaki kemudian menyelam kedalam sungai dan akar bakung tersebut dilepaskan.  Anak – anak yang kalah menunggu dan dengan mata yang jeli melihat akar bakung yang mulai terapung, ketika sudah terlihat maka mereka akan berenang dan berebut mengambil akar bakung tersebut, dan berlanjut seperti itu seterusnya.  Permaian gelatu membutuhkan mata yang jeli dan kecepatan berenang, namun seiring waktu permainan ini sudah sangat jarang dimainkan dikarenakan bakung yang terbawa air sungai kapuas sudah jarang sekali ada.

Meriam Karbit

Standar

20130811_005432
Permainan ini diadopsi dari asal usul keberadaan kota Pontianak, permainan meriam karbit dimainkan dari anak – anak sampai dewasa.  Meriam karbit kini dimainkan dari akhir ramadhan hingga beberapa hari setelah idul fitri dengan puncak permainan dimalam takbiran.  Dalam hal penggunaan bahan dan alat meriam karbit dibagi menjadi 2 yaitu : meriam dengan bahan baku terbuat dari kaleng atau botol yang biasa disebut meriam kaleng dan meriam yang terbuat dari kayu gelondongan yang diikat atau disimpai dengan rotan.

a.  Meriam yang berbahan dasar kaleng
Permainan ini pada awalnya menggunakan bambu namun seiring waktu yang berjalan bambu mulai sulit didapatkan menggantinya dengan menggunakan sisa kaleng susu, makanan kaleng, kaleng minuman bersoda atau botol minuman mineral 1L yang sebelumnya telah dilubangi bagian ujung – ujungnya, disusun memanjang dan dikuatkan dengan lakban dan menggunakan karbit, air dan koran bekas atau kertas buku.  Meriam karbit kaleng dimainkan oleh anak – anak secara berkelompok, dan dimainkan sejak awal ramadhan diwaktu yang tidak mengikat, biasanya ba’da sholat subuh, setelah mereka pulang sekolah maupun sore hari menjelang berbuka puasa.
b. Meriam yang berbahan  dasar kayu gelondongan
Menggunakan kayu gelondongan yang dibelah menjadi dua, kemudian setiap bagian tengahnya dikerok, bagian samping – samping dari kayu gelondongan yang tidak dikerok dialasi dengan goni yang telah dipotong memanjang dan dipaku agar kuat.  Kemudian kedua potongan kayu tersebut diikat atau disimpai dengan rotan.  Pekerjaan membuat meriam ini dilaksanakan pada awal ramadhan, yang sebelumnya meriam – meriam ini disimpan didalam air, dan baru diangkat naik kepermukaan pada saat awal ramadhan dan air sungai kapuas mengalami pasang.   Puncak permainan ini dilaksanakan pada malam takbiran dimana sepanjang aliran sungai kapuas terdapat kelompok – kelompok meriam yang merupakan kelompok dari RT atau gang.  Kelompok – kelompok meriam ini saling berhadapan yang dipisahkan oleh sungai kapuas, kelompok – kelompok ini saling serang secara bergantian, jika suatu kelompok ingin membunyikan meriam maka lampu – lampu hias dimatikan ini merupakan pertanda bahwa meriam sebentar lagi akan dibunyikan.  Untuk sekarang ini meriam karbit dijadikan ajang perlombaan untuk memperebutkan piala bergilir.