Category Archives: Kemana hari ini

Bagaimana ke Pontianak

Standar

Bagaimana ke Pontianak ?

Mungkin pertanyaan itu yang langsung terlintas saat anda berkeinginan ke Pontianak untuk pertama kalinya. Kota pontianak dari daerah-daerah di luar propinsi Kalimantan Barat dapat dicapai dengan moda transportasi laut dan udara. Dengan pintu gerbang Bandara Supadio, serta Pelabuhan Dwikora.

 

Bila menggunakan moda transportasi udara, jarak waktu tempuh Jakarta-Pontianak adalah kurang lebih 1 jam, Yogyakarta-Pontianak 1,45 menit, Malang-Pontianak 1,55 menit. Setiap harinya hampir semua maskapai penerbangan nasional melayani rute penerbangan Jakarta-Pontianak dengan frekwensi penerbangan dari pagi sampai sore. Beberapa melayani rute Yogyakarta-Pontianak, Malang-Pontianak.

Berkenaan dengan tarif, harga untuk rute menuju dan dari Pontianak sangat fluktuatif. Berkisar pada harga Rp 350.000,- sampai dapat mencapai Rp 1,5 juta. Seperti pada saat hari raya, tahun baru imlek, acara sembahyang kubur.

Dari bandara Supadio ke pusat kota Pontianak menempuh waktu sekitar 30 menit. Dengan melewati jalan Ahmad Yani II, atau juga dapat melewati jalan Sungai Raya, jalan Adi Sucipto. Bila melewati jalan Ahmad Yani II, yang merupakan jalan arteri menuju bandara Supadio masih sedikit terdapat rumah penduduk bila di banding dengan jalan Sungai Raya, jalan Adi Sucipto

Di bandara sendiri banyak terdapat taksi-taksi bandara dengan tarif sekitar lima puluh – tujuh puluh ribu per orang dan diantar sampai ketempat. Namun sedikit tips dan catatan, akan lebih baik jika sebelum naik dan menggunakannya, di negosiasikan kembali mengenai harganya, karena umumnya taksi di bandara ini tidak menggunakan argo.

Jika anda hendak menggunakan ojek sepeda motor. Anda dapat berjalan sedikit keluar areal bandara menuju pintu gerbang di jalan utama (sekitar 5 menit). Di lokasi ini banyak terdapat ojek yang siap mengantarkan dengan tarif Rp 20.000 – Rp 30.000. Atau jika anda hendak memilih dari bandara menggunakan angkutan umum dapat naik dari tempat ini juga, menggunakan angkutan umum berbentuk elf jurusan Soedarso-Sei Durian. Dengan tarif Rp 2 500. Sesampainya di terminal Soedarso lalu melanjutkan dengan naik angkutan kota (oplet) berwarna kuning untuk menuju pasar kapuas besar. Oplet berwarna putih untuk tujuan Pasar dahlia. Dengan tarif yang sama Rp 2 500. Dan jika anda membawa sepeda dalam perjalanan anda ini, maka anda dapat memilih dianatara dua rute diatas untuk menuju kawasan kota Pontianak. Jalannya hanya lurus ke arah Barat.

Sedangkan jika anda memilih transportasi laut jarak waktu tempuh dari Jakarta, Semarang, Surabaya sekitar 30-40 jam. Dilayani oleh Pelni seperti KMP Lawit, Bukit Raya, Egon. Serta kapal Motor Penumpang yang dikelola oleh Primavista seperti Mabuhay, Farina, Marisa. Dengan harga tiket berkisar Rp 250.000,- sampai Rp 300.000,- untuk ekonomi dan Rp 350.000,- Rp 450.000,- untuk bisnis.

Sesampainya di pelabuhan Dwikora, untuk menuju ke tempat penginapan atau wilyah-wilayah lain di sisi kota Pontianak tidak telalu jauh dan tidak memakan waktu lama.

Sedang dari kota-kota lain di Utara, atau Barat Kota Pontianak melalui terminal Batu Layang yang berjarak sekitar 30-45 menit dari pusat kota.

 

Dan kota-kota di sebelah selatan seperti ketapang. Melalui terminal melalui pelabuhan Penyeberangan Rasau Jaya berjarak sekitar 60 menit perjalanan..

ALOE VERA CENTER

Standar

Aloe vera adalah tumbuhan atau tanaman yang sudah digunakan berabad-abad untuk berbagai macam tujuan. Sejak 4.000 tahun yang lalu, Aloe Vera telah dikenal khasiatnya karena di dalam daunnya mengandung berbacam macam nutrisi. Aloe vera sebenarnya berasal dari kepulauan Canari, Afrika Utara. Di Kota Pontianak, Aloe vera dikenal dengan sebutan Lidah Buaya. Pada tahun 1990, Lidah Buaya mulai dibudidayakan. Aloe Vera Centre didirikan pada tahun 2002. Berada di jalan Kebangkitan Nasional.
Di kawasan ini dapat dilihat bagaimana Aloe vera dibuat menjadi tepung dan berbagai jenis makanan seperti dodol, minuman dan berbagai jenis sajian lainnya. Nutrisi yang terkandung pada Aloe vera dapat digunakan sebagai pencegah berbagai macam penyakit, menjaga kebugaran seksual, perawat kulit dan kosmetik. Berbagai macam makanan dan minuman hasil olahan Aloe vera banyak tersedia di toko-toko dan pusat perbelanjaan di Kota Pontianak. Di lokasi Aloe vera centre ini terdapat juga Orchid Centre, yaitu pusat pembudidayaan berbagai macam jenis anggrek, termasuk anggrek hitam, species anggrek khas Kalimantan yang kini sudah mulai langka.

GEREJA KATEDRAL PONTIANAK

Standar

Merupakan gereja tertua yang berada di kota Pontianak. Pembangunan pertama kali pada tanggal 21 Januari 1909 oleh Van Noort dengan corak Gotik dan Barok. Dan pada tanggal 9 Desember 1909 gereja ini melaksanakan proses pemberkatan.
Pada awal pendiriannya gereja katedral ini memiliki luas 11 x 20 m2 dengan sebuah menara setinggi 22 meter disebelah kiri bangunan gereja. Berada di jalan Tjempaka. Sekarang berubah menjadi jalan Patimura no 159. (kini sudah berganti dengan bangunan baru)

MUSEUM NEGERI KALIMANTAN BARAT

Standar

IMG_0058

Museum Negeri Kalimantan Barat ini adalah sebuah bangunan berdekorasi modern dengan ornament berciri khas. Beberapa benda-benda peninggalan bersejarah tersimpan dengan baik. Di bagian depan museum dapat dilihat sebuah relief yang melukiskan peristiwa perjuangan kemerdekaan.
Museum ini terletak di Jalan Ahmad Yani I Pontianak, memiliki berbagai koleksi yang bernilai budaya dan sejarah Kalimantan Barat. Seperti aneka kerajinan patung, tempayan kuno, bentuk-bentuk bangunan tradisional dan sebagainya.
Beberapa koleksi luar ruang: Alat Press Karet, Miniatur Dango, Miniatur Langkau, Miniatur Pancar, Miniatur Rumah Lanting, Miniatur Sandung dan Langun, Miniatur Tungku Pembakaran Keramik, Replika Batu Bertulis

Kemana kita hari ini??

Standar

Jika kita menggunakan deskripsi riwayat perkembangan pembangunan kota Pontianak dalam menentukkan pusat kota sekarang ini. Maka pusat kota berada di sebagian Kecamatan  Pontianak kota,  sebagian Pontianak Barat,  dan sebagian Pontianak Selatan. Kemudian jika dihubungkan dengan perkembangan infrastruktur kota sekarang, maka dapat disimpulkan yang menjadi pusat kota sekarang ini berada disekitar  jalan Tanjungpura, Gajahmada, Patimura, Teuku Umar, kawasan Nusa Indah, serta sebagian Ahmad Yani I.
Melakukan Pariwisata Kota (City Tourism) dikota Pontianak tentunya dapat  memberi nuansa dan warna tersendiri. Dengan elemen-elemen, masyarakat, landskap, infrastruktur serta perjalan waktu yang membentuk setiap sudut kota.
Setelah beristirahat sebentar setibanya anda di kota Pontianak. Dengan asumsi anda tiba pada datang dengan penerbangan pagi, maka sampai di kota Pontianak sekitar jam 9. Atau melalui kapal laut yang biasanya merapat di Pelabuhan Dwikora pada pagi hari. Maka cobalah datang ke Museum Negeri Kalimantan Barat yang terletak di jalan Ahmad Yani (hal 29). Untuk menjadi ‘starting point’ hari pertama dalam menyusuri bagian kota lainnya.
Tepat di depan Museum Negeri terdapat rumah dinas Gubernur Kalimantan Barat. Banguanan yang terlihat megah dan luas. Dan disebelah kanannya terdapat taman yang dapat dikunjungi dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Setelah dari Museum Negeri, tak terlalu jauh anda dapat mengunjungi Replika Rumah Panjang/Rumah Betang  (hal 43).  Dengan rute : keluar dari pelataran musem jalan ahmad yani I, sekitar 50 meter kemudian berbelok kiri masuk jalan Letjend Sutoyo.  Lokasi Replika Rumah Panjang Berada di sebelah kanan, bersebelahan dengan kantor polsek dan perpustakaan daerah. Jarak tempuh museum sampai ke Replika Rumah Panjang bia menggunakan kendaraan pribadi (kp) motor, mobil ± 2 menit, sepeda kayuh (s) : 3 menit. Jalan kaki (jk) : ± 7 menit.
Lokasi Replika Rumah Panjang berada di sebelah kanan jalan, bersebelahan dengan kantor polsek dan perpustakaan daerah. Sekitar 300 meter arah selatan dari lokasi  Replika Rumah Panjang ini terdapat kantor Dinas Pariwisata Propinsi. Dan tepat di depannya terdapat Kantor Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional (BKSNT ). Jika anda ingin mengetahui informasi berkenaan  kajian sejarah dan nilai tradisional maka anda dapat menemui Sukzuhartati atau yang akrab dipanggil mba wenti di bagian perpustakaan BKSNT dengan suasana yang familiar dan penuh keakraban.
Dari lokasi-lokasi tersebut (Replika Rumah Panjang, Dinas Pariwisata Propinsi, BKSNT) kemudian anda dapat langsung menuju rumah melayu.
Dengan rute ; keluar dari Rumah Panjang jalan Sutoyo memutar kekanan menuju ke arah selatan, sekitar 400 meter sampai di perempatan purnama, lalu berbelok kekanan masuk jalan Johan Idrus. Dan diujung jalan ini, bagi anda yang muslim dapat bersinggah di  mesjid Jihad (hal 30), untuk shalat.
Kemudian dari  jalan ini berbelok kekiri masuk Jln Sultan Syarief Abdurrahman, ke arah tanda lalu lintas menuju kota baru. Llurus terus masuk ke jalan St Sjahrir. Posisi Rumah Melayu berada di sebelah kanan jalan. (kp : ± 5 menit, S : ± 10 menit.  jk : ± 20 menit)
Setelah melihat-lihat dan berfoto di rumah Melayu ini, anda dapat langsung menuju Taman Alun Kapuas (hal 53) untuk menikmati suasana sore di tepi an Sungai Kapuas. Dengan asumsi hari telah beranjak sore. Namun, bila hari masih belum terlalu sore, anda dapat mencicipi makanan-minuman yang  tersedia dan tersebar di daerah jalan Sultan Abdurahman, jalan St Sjahrir, jalan Putri Candramidi, jalan Sulawesi dan sekitarnya.
Dari lokasi Rumah Melayu ini untuk menuju Alun-Alun Sungai Kapuas ada beberapa alternatif jalur jalan. Salah satu diantaranya, ± 400 meter keluar dari Rumah Melayu belok kekiri menuju jalan Uray Bawadi atau sering disebut jalan jawa, lalu sampai di perempatan berbelok kanan ke jalan Alianyang, kemudian masuk jalan KH Ahmad Dahlan, berbelok ke jalan Johar, lalu jalan jendral Urip Sumohardjo, masuk kawasan jalan sudirman kemudian berbelok ke kiri sampai di jalan Rahadi Usman. (kp : ± 15-20 menit, S : ±25 menit.  jk : ± 1,5 jam).
Di kawasan Alun-Alun Kapuas ini semenjak sore hingga malam biasanya ramai dikunjungi oleh kalangan masyarakat. Terkadang juga diramaikan oleh pertunjukkan- pertunjukkan khas keramaian. Seperti pertunjukkan musik, atraksi dll.
Di depan alun-alu Kapuas berdiri kokoh sebuah bangunan yang sekarang merupakan Markas Komando Daerah Militer (Makodam) Tanjungpura.   Tepat disebelah baratnya terdapat Kantor Walikota Pontianak kemudian kantor Bank Indonesia, serta Kantor Pos Lama diujungnya.  Tak jauh dari jalan Rahadi Usman ini dan sekitarnya, dengan radius jarak beberapa ratus meter juga terdapat Mesjid At Taqwa Marianna (hal 37), serta SDN 14 (hal 45).
Pada malam hari, anda dapat bersantai menikmati beberapa makanan-minuman khas yang tersebar. Atau bersantai di warung-warung kopi (hal 109) sambil merasakan suasana jalan Gajahmada. Dan ada baiknya anda berjalan kaki saja menyusuri pedestriannya.
Keesok harinya pada hari kedua, anda dapat merasakan suasana pertemuan masa lampau dan masa kini. Serta persinggungan interaksi antar etnis di kawasan pasar tengah. Menapaki kawasan pasar ini dapat dimulai dari jalan Tanjungpura. Tepat di persimpangan lampu merah Bank Internasional Indonesia sebagai Starting point. Dikawasan ini terdapat warung-warung kopi yang telah ada sejak lama. Yang tentunya menyajikan pula suasana khas. Memesan kopi yang disuguhkan dengan gelas dan cangkir keramik model lama menambah kuat nuansa orientalnya. Seolah kita berada ditahun-tahun pertengahan abad ke sembilanbelas. Juga coba anda pesan dan rasakan pisang goreng selai srikaya, roti bundar, kue cincin atau beberapa penganan kecil lainnya. Dikawasan ini beberapa warung juga menjual kopi bubuk yang sudah diolah dan dikemas.
Setelahnya, langkah kaki anda menyusuri bagian dalam kawasan pasar. Berbelok kanan di jalan indra giri (jalan di depan Bank Kalbar). Terus melangkah, tak berapa jauh anda akan sampai di jalan Sultan Muhammad. Dimana diujung jalan sebelah baratnya (sebelah kiri pada langkahan kaki) terdapat Klenteng Tiga (hal  42). Dan didepannya juga terdapat pelabuhan tradisional tempat bersandarnya ‘kapal klotok’. Yakni kapal tradisional terbuat dari kayu, dengan mesin tempel. Dan jika dijalankan akan mengeluarkan bunyi ktok….tok… ktok….tok…tok…. karena itulah disebut dengan kapal klotok.
Dikawasan jalan Sultan Muhammad ini terdapat pasar yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, sayur-mayur, pakaian, sampai alat-alat melaut. Di jalan Sultan Muhammad pada sisi awal anda melangkah, Pasar Kapuas Besar terdapat di sisi sebelah kiri. Tepat di tepi sungai, dibelakang bangunan pasar ini ‘terdapat lagi’ pelabuhan kapal klotok. Yang biasanya akan menuju ke daerah Sungai Durian, Batu Ampar dan lainnya. Di sebelah kanan jalannya berdiri komplek Pasar Tengah yang tembus sampai jalan Tanjung pura.
Di sepanjang jalan dan kawasan ini banyak terdapat bangunan-bangunan tua. Dan masih dipergunakan pemiliknya. Kemudian jika anda terus melangkahkan kaki atau mengayuh sepeda menyusuri jalan Sultan Muhammad di bagian ujung sebelah timur, setelah melewati parit besar maka anda akan sampai di pelabuhan Sheng Hie (hal  56). Dari sekitar pelabuhan Sheng  Hie  ini atau dari parit besar anda dapat menyeberang sungai kapuas dengan menggunakan sampan menuju Kraton Kadariah (hal 33), dan mesjid Jami (hal 34). Dengan tarif sampan sebesar Rp Rp 2.000,- per orang. Atau menyewanya dengan harga yang telah dinegosiasikan.
Saat berkeliling dan menyusuri kawasan ini, sebelum menyeberang anda dapat menuju beberapa tempat makan untuk santapan siang. Namun, pada lokasi tertentu, misalnya RM (hal 116) biasanya pada siang hari akan sangat ramai sekali. Maka akan lebih baik agak awal anda berasa di tempat tersebut untuk dapat menikmati menu khasnya.
Bila mengawali menyusuri kawasan pasar tengah, (pasar Kapuas Besar) pada pagi hari. Maka anda dapat sampai di Keraton dan Mesjid Jami pada siang hari. Kemudian bagi anda yang muslim dapat shaat dzuhur di Mesjid Jami. Dan maka sampailah anda di Pontianak. Karena ada satu istilah “belum sampai di kota Pontianak, bila anda belum sampai atau singgah di keraton Pontianak”.
Kota Pontianak juga dikenal sebagai ‘kota Khatulistiwa’, dimana posisi matahari tepat berasa diatas kepala. Maka semenjak awal perlu sekiranya dipersiapkan dan diperhitungkan panasnya cuaca dan sengatan sinar matahari disiang hari.
Setelah kembali dari Keraton dan beristirahat. Kemudian sore harinya anda dapat melanjutkan perjalanan menyusuri jembatan gertak (hal 49) di tepian Sungai Kapuas. Namun jika anda langsung memulainya setelah dari Keraton dan Mesjid Jami, anda dapat terus menyusuri jembatan gertak dari tempat pemberhentian sampan terus ke arah timur (jembatan Kapuas I). Anda akan melihat rumah-rumah dengan bentuk bangunan lama di hampir sepanjang tepian sungai. Dimana seiring perjalanan waktu kawasan ini membentuk heterogenitas masyarakat sampai sekarang.Di tepi sungai sisi sebelah ini terdapat deretan pemukiman, kampung para pedagang yang datang pada masa kesultanan dan kemudian menempati beberapa wilayah disekitarnya. Hingga saat ini dikenal adanya Kampung Dalam Bugis, Kampung Tambelan Sampit, kemudian Kampung Banjar Serasan dll.
Setelah menyusurinya  15-25 menit jembatan gertak yang terbuat dari kayu belian ini terputus di jembatan Kapuas I. Untuk melanjutkan menyusuri ke sisi kampung Banjar Serasan (hal 65), anda harus menyeberangi jalan di Jembatan Kapuas I. Kemudian melangkah melewati Gg Mursyid. Setelahnya anda dapat menyusuri gertak kembali. Tak jauh dan tak lama setelahnya anda akan sampai di Kantin Banjar Serasan. Bersinggah sebentar dan menikmati menu dengan suasana Sungai Kapuas dari atas  perahu Bandong dapat memberi nuansa dan cerita tersendiri.
Kemudian anda dapat terus menyusuri jembatan gertak sampai melewati jalan H Yusuf Karim. Jika menyusuri jalan yang telah dikeraskan dan di aspal ke arah utara,  keluar dari gertak diujung jalannya masuk wilayah Kampung Saigon  yang sekarang berada di sisi jalan Tanjung raya II. Walau tak terdapat sisa atau bekas-bekas bangunan  yang menunjukkan daerah itu dinamakan Kampung Saigon. Di sisi ujung jalan Yusuf  karim yang berada di tepi sungai terdapat semacam pemberhentian penyeberangan sampan. Dan tak jauh darinya terdapat sisa-sisa bangunan pabrik karet .
Anda hendak mencoba dan merasakan menyeberangi sungai Kapuas dengan perahu sampan yang didayung?? Dari tempat inilah anda dapat melakukannya. Dengan tarif Rp 1.000,- /Rp 2.000,- per orang. Catatan : perahu sampan lebih kecil dibanding saat menyeberang dari parit besar menuju kawasan keraton. Sehingga lebih berhati-hati dan tenang akan dapat lebih menambah sensasi dan keamanan ketika menyeberanginya. Ketenangan ekstra juga diperlukan saat ada kapal besar yang melintas, karena akan menciptakan ombak yang agak besar.
Tepat di depan tempat pemberhentian penyeberangan di sisi ini anda dapat melihat masih berdiri bangunan lama berupa rumah panggung besar. Bangunan ini berada di jalan Gg  Salmah yang tembus di gg Busri lalu jalan Imam Bonjol.Dari tempat ini sambil terus menyusuri  ke arah barat (sebelah kanan saat turun dari sampan) dan menikmati suasana sore di tepian Sungai Kapuas dengan segala aktifitas masyarakatnya. Tak berapa jauh anda dapat singgah dan shalat di mesjid  Baitul Makmur (hal 35) atau beberapa mesjid dan surau di sepanjang gertak sisi sebelah ini. Mengambil wudhu di tepian sungai akan menjadi pengalaman tersendiri, dan belum tentu dapat ditemui di daerah lain. Seperti apa? Anda sendiri yang akan menjelaskannya pada dari anda sendiri seperti apa rasanya. Tambah penasaran? Yah sudah ayooo!!!! ke Pontianak.
Kemudian, sama seperti jalan jembatan gertak di seberang. Disisi inipun jembatan gertak terputus di dekat jembatan Kapuas I. Anda harus naik ke atas jalan raya, menyeberangi jalan di jembatan selebar lima belasan meter ini, lalu melangkah di jalan setapak di sisinya. Baru kemudian anda dapat menyusuri jembatan gertak kembali.
Pada sisi ini setelah jembatan Kapuas I, sekitar 50-100 meter melangkah anda akan memasuki wilayah Kampung Kamboja (hal 64). Berada di gg kamboja dan tembus ke jalan Tajungpura. 20-30 menit kemudian jika terus menyusuri akan sampai di pelabuhan Sheng hie. Tak jauh dari tempat starting point pagi tadi.
Dengan berjalan santai menyusuri jembatan gertak dapat ditempuh sekitar tiga jam. Dan beberapa tips saat menyusuri jembatan gerak : Pakai alas kaki yang tidak licin. Demi kenyamanan dan keamanan., Pergunakan topi, penutup kepala, sunblock, payung jika perlu,  Bersikaplah sopan kepada masyarakat sekitar. Pada beberapa daerah tertentu.  Khususnya pada sore dan menjelang malam. Karena ada saja oknum-oknum yang kurang bersahabat. Dan jelas tidak mencerminkan kesantunan masyarakat sekitar.
Catatan : menyusuri Sungai Kapuas juga dapat dilakukan dengan menggunakan sampan. Ada nuansa dan sensasi tersendiri yang tak kalah mengasyikkannya.  Mengenai tarif dinegosiasikan terlebih dahulu. Umumnya penarik perahu sampan di dekat Pasar  Kapuas Besar atau di sepanjang tepian sungai mereka mau mengantarkan menyusuri Sungai Kapuas.
Di hari-hari berikutnya (hari ketiga) anda dapat merasakan kesegaran es lidah buaya di jalan Budi Utomo serta Aloe Vera Center (hal  52). Tempat ini berada agak jauh dari pusat kota menuju ke arah luar kota sebelah utara dan barat. Yakni melewati jembatan Kapuas I, lalu masuk jalan Perintis Kemerdekaan, kemudian melewati jembatan Landak (sungai Landak), sampai di  perempatan lurus terus masuk jalan Budi Utomo. Deretan tempat penjualan es lidah buaya berada di sisi kiri jalan. (kp : ± 40 menit, S : ± 1,2 jam   jk : ± 3-4  jam). Setelah dari tempat ini anda dapat langsung menuju Tugu Khatulistiwa (hal  30).
Di Tugu Khatulistiwa ini  anda dapat membawa pulang sebuah sertifikat sebagai kenang-kenangan bahwa anda pernah berada di tugu khatulistiwa pada titik nol Derajat.
Jika anda langsung menuju ke Tugu Khatulistiwa tanpa melalui kawasan Budi Utomo, maka setelah melewati jembatan Landak di perempatan berbelok ke arah kiri ke jalan Gusti Situt Machmud lalu lurus sampai di jalan Khatulistiwa. Dan jika anda menggunakan sepeda dapat menggunakan ferry penyeberangan dekat Alun-Alun Kapuas sampai ke Pasar Siantan. Dengan tarif Rp 1.000.- per orang,    Rp 2.500.- per kendaraan (motor).
Dari pasar Siantan lalu berbelok ke arah kiri  masuk jalan Khatulistiwa. Dengan lurus terus sekitar 45-60 menit perjalanan akan sampai di kawasan Tugu Khatulisitiwa.
Dari kawasan tugu ini, kemudian anda dapat mencapai Makam Batulayang (makam Kesultanan Pontianak, hal 38). Dengan meneruskan perjalanan melewati jalan Khatulistiwa menuju arah keluar kota. Lokasinya terdapat di sebelah kiri jalan (kp : ± 10 menit, S : ± 15-20menit).
Melalui jalan Khatulistiwa ini pulalah akses menuju kota-kota lain di Kalimantan Barat yang berada di utara dan barat kota Pontianak. Seperti Sungai Pinyuh, Mempawah, Singkawang, Sekadau, Bengkayang, Landak, Sanggau, Sambas, Sintang, hingga  Kapuas hulu.

Catatan :
·    Dikota Pontianak khususnya dan dilema pada kota-kota ‘tak besar’ di Indonesia umumnya. Keberadaan angkutan massal masih dirasakan kurang untuk menjangkau dan melayani mobilitas masyarakat. Akibat dari hal tersebut dan dengan adanya ‘market value’ maka keberadaan sepeda motor menjadi begitu dominan.
·    Untuk angkutan kota, ada beberapa moda. Pertama yang disebut bus kota, kedua disebut oplet. Bus kota merupakan mobil jenis elf dengan kapasitas 20-30 penumpang, melayani rute jalan-jalan besar. Rute dari terminal Batu Layang melewati jalan Khatulistiwa, jalan Gusti Situt Machmud, Jembatan Landak, jalan Perintis Kemerdekaan, Jembatan Kapuas I, jalan Imam Bonjol, Jalan Adi sucipto, Jalan Abdurahman Saleh, Jalan Ahmad Yani, Jalan Letjend Sutoyo, Jalan M sohor, Jalan Gusti Johan Idrus, Jalan Sultan Syarif Abdurrahman, Jalan Syahrir, bundaran kota baru, Jalan Dr Sutomo, Jalan Pangeran Natakusuma, Jalan Alianyang, Jalan Gusti Hamzah, Jalan Rais A Rahman, Jalan R E Martadinata, Jalan Kom Yos Sudarso, TPI (memutar di depan jalan karet). kemudian kembali melewati jalan Kom Yos Sudarso, Jalan Pa’ kasih, Jalan Rahadi Usman, Jalan Tanjungpura, lalu kembali melewati jembatan Kapuas I menuju terminal Batu Layang.
Sedangkan oplet merupakan mobil jenis carry, yang dapat mengangkut 10-12 penumpang. Rute ditentukan berdasarkan warnanya. Misalnya : oplet warna hijau untuk rute kampung bali ke kota baru. Dengan ongkos keduanya sama-sama Rp 2.500,- jauh dekat. Bus kota beroperasi sampai jam 6. Sedangkan oplet umumnya sampai jam 8 malam, terkecuali beberapa rute sampai sedikit agak malam.
·    Untuk moda transportasi sepeda, anda dapat membawa sendiri. Dengan memasukkannya ke bagasi pesawat. Kelebihan berat bagasi sebesar  Rp 6.000, per kilogram. Berat sepeda standar berkisar 14-18 kg. Umumnya batas bagasi setiap penumpang pesawat 15-20 kg. Sehingga jika tak terlalu membawa bawaan banyak maka ‘over bagasi’ akan sangat kecil’. Saat dimasukkan kedalam bagasi stang sepeda dibengkokkan sejajar frame, ban dikempeskan, kemudian ban depan dilepas dan disatukan sejajar dengan ban belakang, sadel dibuka. Sedang jika menggunakan kapal laut, sepeda dapat langsung dimasukkan ke kabin dengan tarif Rp 120.000,- (untuk KMP yang dioperasikan Primavista). Atau dimasukkan terlebih dahulu kedalam kardus sepeda jika ingin tidak ditarik tarif lagi.
Selain membawa sendiri, anda dapat membeli sepeda di francise gerai toko sepeda, serta di beberapa toko sepeda di jalan Tanjungpura, jalan Gajahmada. Dan untuk sepeda ‘secong hand layak pakai’ dapat diperoleh di kawasan pasar tengah bagian dalam. Dengan harga yang berkisar Rp 250.000 – R 600.000.
Untuk sepeda bekas dapat dijual kembali, atau kemudian dapat anda sumbangkan ke pihak tertentu (misal: